Maksimalisme On-Chain Telah Berakhir: Mengapa Komputasi Off-Chain Menjadi Masa Depan Web3
Kami percaya pada transparansi penuh dengan pembaca kami. Beberapa konten di situs kami mengandung tautan afiliasi, dan kami mungkin menerima komisi melalui kemitraan ini. Namun, potensi kompensasi ini tidak pernah memengaruhi analisis, opini, atau ulasan kami. Semua konten editorial kami dibuat secara independen dari kemitraan pemasaran, dan penilaian kami sepenuhnya didasarkan pada kriteria evaluasi yang telah ditetapkan. Baca Selengkapnya!

Janji desentralisasi telah terganggu oleh keterbatasan teknis dari blockchain yang awalnya dirancang untuk mendukungnya.
Hambatan teknis yang melekat pada berbagai chain telah memicu perdebatan mengenai batasan antara komputasi on-chain dan off-chain. Diskusi ini semakin berkembang seiring dengan kematangan teknologi blockchain.
Pada masa awal Ethereum, kapasitas jaringan yang terbatas membuat proses on-chain sangat sulit dilakukan, sehingga para pengembang harus memindahkan sebagian besar komputasi ke off-chain.
Pendekatan ini memberikan peluang bagi aplikasi terdesentralisasi (dApps) untuk tumbuh, meskipun kompleksitas sistem menjadi lebih tinggi.
Saat ini, blockchain seperti Solana, Sui, dan Aptos yang lebih cepat dan skalabel mulai menarik perhatian kembali pada komputasi on-chain.
Teknologi ini menciptakan peluang baru bagi aplikasi sepenuhnya on-chain, tetapi tren yang berkembang menunjukkan bahwa masa depan DeFi tidak sepenuhnya bergantung pada proses on-chain.
Sebagian besar proses kini dilakukan off-chain, sementara proses on-chain hanya digunakan untuk fungsi penting. Pergeseran ini tidak hanya menjadi pilihan teknis tetapi juga langkah evolusi penting untuk meningkatkan skalabilitas, performa, pengalaman pengguna, dan efisiensi.
Paradigma baru ini menunjukkan bahwa masa depan DeFi terletak pada keseimbangan antara komputasi on-chain dan off-chain.
Dominasi Komputasi Off-Chain pada Masa Awal
Untuk memahami pergeseran dari maksimalisme on-chain, penting untuk melihat kembali akar perubahan ini. Ethereum, sebagai platform smart contract utama, membawa harapan besar untuk merevolusi dApps, tetapi keterbatasan infrastrukturnya menjadi penghalang.
Dengan throughput maksimum hanya 15 transaksi per detik, Ethereum menghadapi tantangan besar dalam memenuhi lonjakan permintaan.
Pengembang akhirnya memindahkan sebagian besar logika aplikasi ke off-chain untuk mengurangi beban jaringan dan biaya gas, sambil tetap memanfaatkan keamanan Ethereum.

Salah satu contoh awal model ini adalah 0x, protokol pertukaran terdesentralisasi. Protokol ini menggunakan komputasi off-chain untuk memproses pesanan perdagangan, sementara blockchain Ethereum hanya digunakan untuk penyelesaian akhir.
Pendekatan hybrid ini berhasil mengurangi biaya transaksi dan meningkatkan efisiensi operasi, tanpa mengorbankan keamanan dari model terdesentralisasi.
Namun, pendekatan ini menimbulkan risiko baru, seperti keharusan mempercayai entitas yang menangani operasi off-chain, khususnya dalam pencocokan pesanan.
Kompleksitas tambahan dalam sistem hybrid ini membuat pengembang mulai mempertimbangkan pendekatan baru untuk mengatasi masalah tersebut.
Kemunculan Blockchain Cepat dan Aplikasi On-Chain
Era blockchain berperforma tinggi mulai muncul selama musim DeFi pada tahun 2020. Teknologi ini menawarkan kemampuan memproses ribuan transaksi per detik, memungkinkan pengembang untuk menjalankan bagian aplikasi yang lebih kompleks langsung di on-chain.
Pertukaran terdesentralisasi (DEX) kini dapat mengoperasikan komponen penting seperti buku pesanan langsung di blockchain, sesuatu yang sulit dilakukan pada masa awal teknologi ini.
Sebagai contoh, OpenBook DEX dari Solana memanfaatkan infrastruktur berperforma tinggi untuk mempertahankan seluruh buku pesanan di on-chain, memungkinkan eksekusi yang cepat dan transparan.
Platform ini mendukung perdagangan aset dengan volume besar, tetapi keterbatasan mulai terlihat pada skala besar. Pembuat pasar harus membayar biaya gas untuk setiap pesanan baru atau pembatalan, yang dilakukan berulang kali sesuai pergerakan harga.
Dalam bursa tradisional, lebih dari 250.000 pesanan diproses per detik, jauh melampaui kemampuan blockchain tercepat saat ini.
Perbedaan performa ini menghasilkan spread yang lebih lebar dan likuiditas yang lebih rendah pada buku pesanan on-chain.
Untuk menghindari hambatan skalabilitas ini, banyak aplikasi mulai mengandalkan komputasi off-chain untuk proses berat, memastikan alokasi sumber daya yang lebih baik dan menghindari kemacetan jaringan.
Masa Depan Komputasi Blockchain
Keseimbangan baru kini muncul, di mana sebagian besar komputasi dilakukan off-chain, sedangkan blockchain digunakan terutama sebagai lapisan penyelesaian akhir.
Prinsip fundamental yang mendasari ini adalah bahwa komputasi akan berpindah ke tempat di mana ia dapat dilakukan dengan lebih efisien. Karena efisiensi komputasi off-chain jauh lebih tinggi, banyak proses yang memungkinkan akan dialihkan ke sana.
Sebagai contoh, Layer 2 (L2) rollups Ethereum seperti Optimism dan Arbitrum memproses transaksi off-chain dan menyelesaikan status akhir secara berkala di mainnet Ethereum.
Teknologi Zero-Knowledge Proof (zk-rollups) menawarkan solusi untuk memverifikasi komputasi besar-besaran di off-chain, tetapi hanya menyimpan bukti di blockchain.
Sistem intent yang mulai berkembang juga menjadi inovasi penting, di mana pengguna menandatangani pesan off-chain untuk menunjukkan aksi yang diinginkan, dan solver bersaing secara efisien untuk memenuhi aksi tersebut.

Meskipun pendekatan ini membantu meningkatkan skalabilitas dan mengurangi kemacetan, tetap ada trade-off yang perlu diperhatikan.
Proses off-chain kadang mengorbankan aspek tertentu dari keamanan, tetapi dalam banyak kasus, kompromi ini sangat kecil dan dapat diterima.
Sebagai contoh, rollups sedikit menurunkan resistensi terhadap sensor tetapi tetap memberikan efektivitas tinggi. Protokol seperti 0x memang memerlukan kepercayaan pada pencocokan pesanan terpusat, tetapi kepercayaan ini tetap terbatas dan dapat dikelola.
Model hybrid ini memungkinkan blockchain untuk tetap mempertahankan desentralisasi dan keberlanjutan tanpa mengorbankan performa saat adopsi global meningkat.
Proyek-proyek yang mampu menyeimbangkan keamanan on-chain dengan efisiensi off-chain akan mendominasi pengembangan Web3 di masa depan.
Baik melalui solusi L2 yang lebih canggih, mekanisme konsensus yang lebih cepat, atau metode komputasi off-chain yang inovatif, keseimbangan ini akan menjadi kunci bagi aplikasi terdesentralisasi (dApps) untuk tetap relevan.
Hanya proyek yang berhasil mengoptimalkan pendekatan hybrid ini yang akan berkembang di masa depan.
Ingin mengetahui koin micin yang memiliki potensi besar untuk melesat di masa depan? Artikel ini memberikan wawasan mendalam tentang berbagai koin micin potensial yang bisa menjadi pilihan Anda. Jangan lewatkan peluang ini, klikk oin micin potensial untuk informasi lengkapnya.
Anda sedang mencari crypto yang akan naik dan berpotensi mendatangkan keuntungan besar? Temukan daftar aset digital dengan potensi pertumbuhan luar biasa di sini. Klik sekarang dan jelajahi lebih lanjut melalui crypto yang akan naik untuk peluang investasi terbaik.
Dapatkan berita terbaru dan diskusi menarik seputar dunia crypto langsung dari komunitas terpercaya! Bergabunglah dengan grup Telegram Crypto News Indonesia Official untuk pembaruan terkini. Klik tautan Crypto News Indonesia Official dan jangan lewatkan informasi penting tentang pasar crypto.
Tonton juga Berita Terbaru Crypto di Channel Cryptonews Indonesia






