Dari Cypherpunks ke Network States: Bagaimana Budaya Web3 Mengubah Nilai Digital

Pengungkapan Afiliasi
Pengungkapan Afiliasi

Kami percaya pada transparansi penuh dengan pembaca kami. Beberapa konten di situs kami mengandung tautan afiliasi, dan kami mungkin menerima komisi melalui kemitraan ini. Namun, potensi kompensasi ini tidak pernah memengaruhi analisis, opini, atau ulasan kami. Semua konten editorial kami dibuat secara independen dari kemitraan pemasaran, dan penilaian kami sepenuhnya didasarkan pada kriteria evaluasi yang telah ditetapkan. Baca Selengkapnya!
Last updated:
Pengungkapan Afiliasi
Pengungkapan Afiliasi

Kami percaya pada transparansi penuh dengan pembaca kami. Beberapa konten di situs kami mengandung tautan afiliasi, dan kami mungkin menerima komisi melalui kemitraan ini. Namun, potensi kompensasi ini tidak pernah memengaruhi analisis, opini, atau ulasan kami. Semua konten editorial kami dibuat secara independen dari kemitraan pemasaran, dan penilaian kami sepenuhnya didasarkan pada kriteria evaluasi yang telah ditetapkan. Baca Selengkapnya!
Penulis SEO
Penulis SEO
Asreti
About Author

Asreti Susanti, penulis crypto berpengalaman dengan 2 tahun di industri kripto. Menyajikan konten berkualitas tinggi tentang cryptocurrency, teknologi blockchain, dan tren pasar terkini. Karya-karya...

Diverifikasi oleh
SEO, Editor, dan Penulis Konten
Aldi
Last updated:
Mengapa Cryptonews Indonesia Dapat Dipercaya
Cryptonews Indonesia telah meliput industri cryptocurrency selama lebih dari 10 tahun dengan standar editorial tinggi, menyajikan informasi akurat dan seimbang tentang cryptocurrency, blockchain, dan teknologi. Komitmen ini mencerminkan dedikasi kami terhadap informasi relevan di dunia aset digital. Pelajari lebih lanjut tentang Cryptonews.
Pengungkapan IklanKami percaya pada transparansi penuh dengan pembaca kami. Beberapa konten kami menyertakan tautan afiliasi, dan kami mungkin menerima komisi dari kemitraan tersebut.
Disclaimers: Penting untuk diingat bahwa investasi di crypto memiliki risiko tinggi. Artikel/berita ini disediakan sebagai tambahan informasi dan bukan sebagai saran investasi. Dengan membaca artikel/berita ini, Anda menyetujui syarat dan ketentuan kami.
Dari Cypherpunks ke Network States: Bagaimana Budaya Web3 Mengubah Nilai Digital

Seiring dengan berkembangnya cryptocurrency dan teknologi blockchain, mudah untuk melupakan akar budaya yang mendorong kemunculan inovasi ini. Artikel ini membahas secara mendalam bagaimana para penggemar awal Bitcoin, cypherpunks, dan teknolog berkumpul untuk membentuk komunitas terdesentralisasi serta aset digital yang ada saat ini.

Dari awal mula berbagi musik secara peer-to-peer hingga evolusi non-fungible tokens (NFTs) dan struktur sosial on-chain, kisah budaya Web3 adalah tentang eksperimen berkelanjutan dan eksplorasi batas-batas baru.

Fondasi Web3: Persepsi Nilai dan Komunitas On-Chain

Seiring dengan semakin populernya aset digital dan teknologi blockchain, memahami budaya yang melahirkan inovasi ini menjadi semakin penting. Hanya dengan memahami dorongan di balik para pemikir dan pembangun Web3, arah perkembangan teknologi ini dapat diprediksi dengan lebih baik.

Artikel ini menyoroti fondasi budaya Web3, pertumbuhan historis komunitas on-chain, serta metrik utama yang harus diperhatikan ketika mengevaluasi potensi sebuah proyek.

Budaya Web3 dapat ditelusuri kembali ke awal kemunculan Bitcoin pada tahun 2009 dan gerakan cypherpunk yang berkembang sejak 1980-an dan 1990-an. Baik Bitcoin maupun cypherpunks memiliki peran besar dalam membentuk landasan ideologi Web3.

Filsafat yang diusung oleh cypherpunks menekankan pentingnya privasi, enkripsi, dan kedaulatan individu, dengan keyakinan bahwa kriptografi mampu melindungi hak-hak pribadi di era digital. Seiring dengan berkembangnya gagasan ini, kebutuhan akan sistem keuangan yang lebih efisien dan terbebas dari otoritas terpusat menjadi semakin jelas. Krisis finansial 2008 mempercepat pergerakan ini dengan menyoroti kelemahan sistem keuangan terpusat yang ada.

Pada awal 2000-an, platform musik peer-to-peer (P2P) seperti Napster mulai bermunculan. Napster membuktikan bahwa model transfer data secara desentralisasi, seperti musik, dapat dilakukan tanpa perlu bergantung pada pihak ketiga seperti korporasi media atau platform berlangganan.

Semangat techno-capitalism yang ditunjukkan oleh Napster menginspirasi para pemikir awal Web3 untuk mempertimbangkan kemungkinan mendesentralisasi institusi keuangan dan perbankan menggunakan jaringan global baru. Tujuan utamanya adalah untuk mengganggu model pasar konvensional yang bergantung pada industri dan korporasi terpusat.

Seiring dengan berkembangnya idealisme Web3, muncul pula pasar keuangan elektronik modern yang dirancang oleh para bankir Wall Street dan analis kuantitatif (quants). Mereka merevolusi dunia keuangan dengan memperkenalkan bursa saham dan kontrak berjangka yang beroperasi selama 23 jam sehari dalam 5 hari kerja.

Perdagangan frekuensi tinggi (HFT) juga diperkenalkan untuk memungkinkan pergerakan uang dengan kecepatan luar biasa tinggi. Inovasi ini membuat transaksi menjadi lebih cepat, lebih efisien, dan lebih bergantung pada algoritma perdagangan yang kompleks.

Dunia keuangan modern telah lama bergerak dari aset fisik menuju representasi digital dalam bentuk angka biner yang tersimpan di basis data terpusat, seperti yang ada di Federal Reserve. Anggota Federal Reserve, Neel Kashkari, bahkan pernah menyatakan, “Ada cukup uang dalam sistem keuangan, dan ada jumlah uang yang tak terbatas di Federal Reserve.”

Meskipun transformasi keuangan digital yang terpusat ini membawa dampak besar, tetap ada kritik yang muncul. Pergeseran ini telah memusatkan kekuatan yang sangat besar di tangan segelintir bankir dan birokrat, menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat.

Risiko pengawasan ekstrem, pemblokiran akses keuangan (debanking), serta seigniorage—isu yang telah lama menjadi permasalahan dalam dunia keuangan—menjadi lebih nyata dan mudah dilakukan hanya dengan beberapa klik di sistem terpusat.

Pada era 2010-an, ketika jejaring sosial mulai berkembang pesat dan cloud computing semakin relevan, platform seperti YouTube, Twitter, dan Reddit menjadi pusat diskusi tentang cryptocurrency dan desentralisasi.

Di sinilah perdebatan teknis antara ekonom dan teknolog berpadu dengan budaya internet, menyebarkan meme “magic internet money” ke khalayak yang lebih luas.

Bitcoin, Ethereum, dan teknologi lain yang berkembang setelahnya, seperti komputasi terdesentralisasi, semakin memperluas inovasi aset digital dengan menghilangkan kebutuhan akan entitas terpusat.

Para politisi dan pemikir yang mendukung liberalisme, kapitalisme, serta inovasi teknologi juga ikut mendorong gagasan Web3 melalui berbagai kanal komunikasi digital. Kombinasi antara cypherpunks, bankir Wall Street, politisi progresif, dan pemikir bebas inilah yang akhirnya membentuk landasan sistem keuangan baru yang memberi pengguna kendali penuh atas data, aset, dan identitas digital mereka.

NFTs sebagai Fase Pertama: Eksperimen Sosial Real-Time

Pada tahun 2015, sebuah inovasi penting terjadi dengan diperkenalkannya standar token yang memungkinkan file data, terutama gambar dan seni digital, untuk diunggah ke blockchain. Awalnya, implementasi ini dilakukan dalam ekosistem Bitcoin dan Ethereum, yang menjadi titik penting dalam sejarah Web3. Proyek on-chain awal yang berjalan di Bitcoin mulai mengeksplorasi potensi blockchain di luar sekadar transaksi keuangan.

Aktivitas yang lebih masif dimulai setelah diperkenalkannya standar token ERC-721 di jaringan Ethereum. Standar ini memungkinkan representasi aset digital yang unik, yang kemudian dikenal sebagai non-fungible tokens (NFTs).

Koleksi ikonik seperti Rare Pepes, Cryptopunks, Bored Ape Yacht Club, dan “Cryptoart” menjadi elemen kunci dalam membentuk relevansi budaya Web3.

NFT memperkenalkan model pendapatan baru, di mana aset digital tidak hanya terbatas pada angka atau saldo dalam akun, tetapi juga dapat merepresentasikan berbagai jenis data seperti seni digital dan media.

Pada tahun 2018, sebuah momen penting terjadi dalam dunia NFT ketika dalam lelang Codex, salah satu NFT dari game Web3 “Cryptokitty”—sebuah permainan di mana pemain dapat mengoleksi, membiakkan, dan memperdagangkan kucing virtual—terjual seharga 600 ETH atau sekitar $140.000 saat itu.

Peristiwa ini menunjukkan bagaimana verifikasi on-chain mampu membentuk komunitas digital yang memiliki nilai ekonomi, sekaligus mengesahkan aset digital sebagai kelas aset baru bagi para investor.

Dengan menawarkan model kepemilikan dan transfer aset digital yang menguntungkan, NFT membuktikan bahwa blockchain dapat menjadi platform yang mendukung komunitas terdesentralisasi. Ini mengubah cara pandang orang terhadap nilai digital.

Dalam jangka pendek, hype yang terjadi menyebabkan overvaluasi sebagian besar koleksi digital, mirip dengan euforia pasar yang pernah terjadi pada koleksi fisik seperti kartu baseball dan buku komik pada tahun 1970-an, atau boneka Beanie Babies pada awal 2000-an. Namun, koreksi pasar tidak berarti bahwa teknologi blockchain gagal.

Sebaliknya, blockchain telah berhasil menarik pengguna Web2 untuk berpindah ke ekosistem Web3 dengan menawarkan cara baru dalam membentuk organisasi sosial digital.

Pemilik wallet atau pengguna smart contract tertentu tetap dapat mentransfer aset, berspekulasi terhadap nilai koleksi digital, serta mendukung kreator proyek. Interaksi antara wallet pengguna dan wallet kreator menjadi indikator penting dalam menilai jangkauan dan keterlibatan suatu proyek.

Salah satu metrik utama dalam mengevaluasi proyek adalah jumlah wallet aktif harian serta frekuensi interaksi dengan smart contract utama kreator. Peningkatan aktivitas wallet ini juga menjadi alasan mengapa Bitcoin terus berkembang, dengan jumlah wallet serta transaksi harian yang terus meningkat secara eksponensial.

Siklus berikutnya dalam evolusi Web3 akan berfokus pada analisis lebih dalam terhadap masing-masing wallet di dalam jaringan, membuka wawasan baru serta peluang bagi komunitasnya.

Dari Cypherpunks ke Network States: Bagaimana Budaya Web3 Mengubah Nilai Digital

Model Social Capital dan Status-as-a-Service (SaaS) oleh Eugene Wei

Untuk memahami bagaimana nilai token dan validitasnya dalam komunitas digital dievaluasi, pendekatan yang digunakan Eugene Wei dalam konsep status-as-a-service (SaaS) menjadi acuan utama. Wei menjelaskan bahwa dalam komunitas online, social capital memainkan peran vital dalam membentuk perilaku dan keterlibatan pengguna.

Status menjadi faktor utama yang menentukan bagaimana individu berpartisipasi dalam sebuah jaringan digital. Semakin tinggi status yang dimiliki seseorang dalam ekosistem tertentu, semakin besar manfaat atau utilitas yang bisa mereka peroleh.

Menurut Wei, social capital merupakan indikator awal dari financial capital. Di mana perhatian publik tertuju, di sanalah likuiditas akan mengalir.

Dari Cypherpunks ke Network States: Bagaimana Budaya Web3 Mengubah Nilai Digital

Konsep ini dapat diaplikasikan dalam dunia Web3, di mana token dan aset digital sering kali memiliki nilai berdasarkan reputasi dan persepsi dalam komunitas.

Wei mengembangkan framework yang mengevaluasi kekuatan suatu jaringan sosial berdasarkan tiga aspek utama:

  • Social capital: Nilai reputasi dan status yang diperoleh seseorang dalam komunitas digital. Semakin tinggi pengakuan dan kredibilitas individu, semakin besar pengaruh mereka terhadap arah perkembangan ekosistem.
  • Entertainment: Aspek hiburan yang mendorong keterlibatan komunitas. Semakin menarik interaksi dan pengalaman yang diberikan oleh platform, semakin tinggi kemungkinan pengguna untuk tetap aktif.
  • Utility: Manfaat praktis yang ditawarkan oleh platform, seperti peluang ekonomi, akses ke sumber daya, atau fitur yang mendukung tujuan profesional, sebagaimana yang terjadi di platform seperti LinkedIn.

Wei menekankan bahwa platform sosial adalah tempat di mana pengguna mengakumulasi status melalui interaksi mereka di dalam ekosistem tersebut. Status dianggap sebagai mata uang yang tidak hanya memiliki nilai sosial, tetapi juga dapat dikonversikan menjadi keuntungan ekonomi di masa depan.

Platform yang sukses adalah yang mampu menciptakan mekanisme di mana pengguna dapat memperoleh pengakuan, membangun reputasi, dan merasakan nilai dari partisipasi mereka dalam komunitas.

Web3 dan Social Wallet Graph: Dinamika Aktivitas On-Chain dan Transfer Nilai

Dari Cypherpunks ke Network States: Bagaimana Budaya Web3 Mengubah Nilai Digital

Dalam dunia digital, social graph digunakan untuk memvisualisasikan koneksi dan interaksi antara individu, kelompok, serta organisasi dalam jaringan sosial online. Social graph ini terdiri dari beberapa elemen utama:

  • Nodes: Representasi individu, akun, atau titik data dalam jaringan yang saling terhubung melalui konten yang dibagikan.
  • Edges: Garis penghubung yang menunjukkan hubungan antar-nodes, misalnya dalam bentuk pengikut, pelanggan, atau koneksi berbasis transaksi.
  • Jumping: Mekanisme yang memungkinkan data berpindah di antara subgrup dalam jaringan, seperti melalui fitur repost, like, atau retweet.

Social graph sangat penting dalam menentukan kegunaan sebuah platform. Perubahan kecil dalam interaksi dapat memiliki dampak besar terhadap tren serta akses pengguna terhadap hak istimewa baik dalam bentuk fisik maupun digital.

Dalam konteks Web3, terdapat tiga model utama social graph:

  • Jaringan terpusat: Model yang digunakan oleh perusahaan besar, di mana data pengguna tersimpan dalam server milik perusahaan itu sendiri.
  • Jaringan terdesentralisasi: Sistem yang berjalan pada server otonom yang independen dan sering kali menggunakan blockchain untuk mengatur koneksi antar-pengguna.
  • Jaringan peer-to-peer (P2P): Model di mana setiap perangkat pengguna dapat bertindak sebagai server, memungkinkan interaksi langsung antar-node tanpa memerlukan otoritas pusat.

Dengan berkembangnya komunitas digital dan Web3, di mana pengguna dapat memiliki kepemilikan atas proyek dan berpartisipasi dalam ekosistemnya, interaksi wallet mengalami pertumbuhan yang signifikan dalam dekade terakhir. Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan penggunaan smart contract serta transisi dari Web2 ke Web3.

Network States: Langkah Selanjutnya dalam Web3?

Salah satu perkembangan paling menarik dalam budaya Web3 adalah munculnya konsep network states. Istilah ini mengacu pada komunitas digital yang terdistribusi dan beroperasi di luar batas geografis tradisional. Network states sering kali didukung oleh organisasi terdesentralisasi yang menggunakan smart contracts untuk mengotomatiskan berbagai fungsi on-chain, termasuk tata kelola, pengelolaan sumber daya, serta pengambilan keputusan.

Tujuan utama dari komunitas ini bervariasi, mulai dari partisipasi sipil hingga pembentukan masyarakat yang berpusat pada kepentingan tertentu. Meskipun masih berada dalam tahap awal, network states berfungsi sebagai laboratorium eksperimental bagi model tata kelola masa depan yang berbasis blockchain dan berjalan secara real-time.

Jika dalam pemerintahan konvensional struktur dan fungsi didefinisikan oleh konstitusi tertulis, dalam network states, smart contract yang telah diprogram sebelumnya menentukan aturan dan distribusi kekuasaan, termasuk dalam pengelolaan treasury bersama.

Dengan tingkat transparansi dan keterbukaan yang lebih tinggi, network states berpotensi mengembalikan kepercayaan publik terhadap demokrasi di tengah meningkatnya ketidakstabilan dan perpecahan politik.

Teknologi blockchain memungkinkan sistem yang lebih akuntabel dan dapat diaudit oleh publik tanpa mengorbankan privasi, berkat penerapan sistem enkripsi. Ini memberikan peluang untuk meningkatkan akuntabilitas pemerintahan serta membangun kembali kepercayaan masyarakat terhadap institusi demokratis.

Kesimpulan

Perjalanan dari cypherpunks hingga network states menggambarkan evolusi budaya Web3 dalam mengubah nilai digital. Sejak kemunculan Bitcoin pada tahun 2009, gerakan ini telah berkembang dari sekadar gagasan tentang privasi dan kebebasan individu menjadi infrastruktur baru yang mampu merevolusi keuangan, seni digital, serta struktur sosial.

NFTs telah membuka jalan bagi eksperimen real-time tentang kepemilikan digital, sementara social graph dan status-as-a-service terus membentuk cara orang berinteraksi dalam jaringan on-chain.

Dengan semakin berkembangnya network states, konsep komunitas digital yang berdaulat menjadi semakin relevan, menawarkan kemungkinan untuk membangun sistem yang lebih adil, transparan, dan terdesentralisasi. Web3 tidak hanya mengubah bagaimana aset digital dikelola, tetapi juga bagaimana individu berpartisipasi dalam ekosistem yang benar-benar bebas dari otoritas pusat.

Di tengah ketidakpastian sistem keuangan global, teknologi ini menawarkan alternatif yang memungkinkan individu memiliki kendali lebih besar atas data, aset, dan identitas digital mereka.

Meskipun masih banyak tantangan yang harus dihadapi, budaya Web3 terus berkembang dan membuka peluang baru yang belum pernah ada sebelumnya. Ke depan, eksperimen dengan teknologi blockchain, model sosial terdesentralisasi, serta jaringan berbasis komunitas akan terus membentuk masa depan internet, di mana nilai digital tidak lagi bergantung pada sistem lama yang terpusat, tetapi ditentukan oleh partisipasi dan inovasi dari setiap individu di dalamnya.

Ingin tahu aset digital mana yang memiliki potensi besar di era Web3? Beberapa koin crypto saat ini sedang mengalami lonjakan nilai dengan fundamental kuat. Jangan sampai melewatkan kesempatan investasi di sektor yang terus berkembang pesat. Cek daftar crypto terbaik untuk dibeli sekarang dan lihat peluang keuntungannya di sini.

Jangan sampai tertinggal dalam tren token terbaru yang bisa memberikan keuntungan besar! Beberapa koin micin kini mencuri perhatian dengan hype komunitas yang luar biasa. Namun, bagaimana cara memilih yang benar-benar potensial dan bukan sekadar jebakan? Simak ulasan lengkapnya sebelum berinvestasi di sini.

Jangan sampai ketinggalan berita terbaru seputar crypto, DeFi, dan NFT! Dapatkan update real-time, analisis mendalam, dan diskusi eksklusif langsung dari komunitas. Bergabung sekarang di grup Telegram Crypto News Indonesia dan jadilah yang pertama tahu info penting. Klik link berikut untuk bergabung sekarang.

Tonton juga Berita Crypto Terbaru di Channel Cryptonews Indonesia

Don't miss out

Eksklusif
CEO Bitget Gracy Chen: “Proyek Crypto yang Dipimpin Perempuan Mendapatkan Pendanaan VC Jauh Lebih Sedikit”
Aldi
2025-03-15 12:32:19
Siaran Pers
Bisakah Trader Menemukan Peluang di Pasar Saat Ini? MIND of Pepe Punya Jawabannya – ICO Tembus $7,3 Juta, Peluncuran Semakin Dekat
2025-03-15 10:30:14
Crypto News in numbers
editors
Authors List + 66 More
100k+
Tersedia ratusan berita dalam sebulan
100+
Artikel dengan berita terbaru setiap hari
8
Bertahun-tahun di Pasar
70
Penulis Tim Internasional